Monday, January 5, 2015

Pengertian dan Manfaat Tirtayatra Menurut Spiritual Kundalini Bali

nyamenusanet.blogspot.com - Dalam Agama Hindu ada empat jalan untuk mencapai atau menuju Tuhan yaitu yang disebut dengan Catur Marga atau disebut juga Catur Marga Yoga yang terdiri dari :
1. Jnana Yoga yakni cara mencapai atau menyatukan diri dengan Tuhan dengan mengabdikan ilmu pengetahuan untuk kebaikan orang banyak
2. Raja Yoga yakni cara mencapai atau menyatukan diri dengan Tuhan dengan melakukan brata ,tapa, yoga dan semadhi
3. Karma Yoga yakni cara mencapai atau menyatukan diri dengan Tuhan dengan melakukan perbuatan-perbuatan mulia dan bermanfaat tanpa pamrih
4. Bhakti Yoga yakni cara mencapai atau menyatukan diri dengan Tuhan dengan melakukan kebaikan dan sujud bhakti yang tulus dan terus-menerus

Walaupun ada empat cara tetapi tidak ada yang lebih tinggi maupun yang lebih rendah semuanya baik dan utama tergantung pada bakat atau kemampuan masing-masing. Jalan yang satu berhubungan erat dengan yang lainnya, semuanya akan mencapai tujuannya asal dilakukan dengan tulus ikhlas, ketekunan, kesujudan, keteguhan iman dan tanpa pamrih. Tanpa pamrih adalah melakukan perbuatan-perbuatan atas dasar kesucian dengan penuh keikhlasan demi kesejahteraan umum dengan tidak mengharapkan hasilnya untuk kepentingan diri sendiri.

Jika seseorang mempunyai perasaan yang halus dan mempunyai ketekunan dalam memuja Tuhan maka Bhakti Yoga yang patut ditempuh. Perwujudan Bhakti Yoga adalah melakukan yadnya dan pemujaan atau persembahyangana secara tekun dan terus-menerus. Salah satunya adalah melakukan tirtayatra.
Pura Besakih Bali
Tirtayatra berasal dari bahasa Sansekerta, Tirta dan Yatra. Tirta artinya pemandian, sungai, kesucian, air, toya atau air suci, sungai yang suci. Secara kenyataan pengertian tirta mengarah ke wujud air. Sedangkan Yatra berarti perjalanan suci. Jadi Tirtayatra adalah perjalanan suci untuk mendapatkan atau memperoleh air suci.
Tirtayatra dalam bahasa sehari-hari di Bali dipahami dengan tangkil atau sembahyang ke pura-pura. Tirtayatra tertulis dalam Kitab Sarasamuscaya 279 yaitu keutamaan tirtayatra itu amat suci, lebih utama dari pensucian dengan yadnya, tirtayatra dapat dilakukan oleh orang miskin. Artinya tirtayatra tidak memandang orang dalam status apapun baik kaya atau miskin asal didasarkan melalui pelaksanaan bhakti yang tulus ikhlas, tekun, sungguh-sungguh dan nilai kesucian atau kualitas kesucian tirtayatra lebih utama daripada membuat upacara banten, walaupun upacara itu tingkatannya utama. Hal ini juga sangat sesuai dengan pesan kebenaran yang pernah disampaikan oleh Guru Sejati Kundalini yaitu Bapak I Putu Ngurah Ardika, S.Sn bahwa melakukan perjalanan suci atau matirtayatra lebih utama nilainya daripada melakukan upacara yadnya. Maka dari itu rajin-rajinlah melaksanakan tirtayatra atau menyucikan diri dengan melaksanakan sembahyang, karena sembahyang adalah tuntunan wajib bagi umat manusia, apapun agamanya, keyakinan dan kepercayaannya. Tirtayatra sebenarnya sudah banyak dilakukan oleh umat sejak dulu, sejalan dengan kemajuan dan meningkatnya kesejahteraan maka tempat suci yang dikunjungi semakin luas. Umat semakin menyadari bahwa tirtayatra adalah sebuah yadnya yang paling mudah dilakukan karena dapat dilakukan oleh siapa saja.

Perjalanan suci atau tirtayatra bukanlah perjalanan biasa untuk bersembahyang, namun didalamnya termuat pengendalian diri dan pengekangan diri. Dalam kegiatan tirtayatra terjadi suatu interaksi yang positif diantara para pelaku tirtayatra. Tirtayatra akan mendekatkan antara umat satu dengan yang umat lainnya karena dalam perjalanan akan terjadi suatu komunikasi sosial, suka duka, canda ria dan interaksi lainnya. Tirtayatra juga mendekatkan antara umat dengan tempat suci atau pura dalam pengertian si pelaku tirtayatra akan mengetahui lebih dekat dan lebih dalam mengenai situasi, lokasi, sejarah serta nilai kesucian dan kebenaran yang terkandung pada tempat suci yang dikunjungi. Tirtayatra juga mendekatkan antara manusia dengan Sang Pencipta melalui pemujaan yang dilakukan di tempat suci yang dikunjungi. Dengan adanya kedekatan-kedekatan tersebut akan semakin menambah kekaguman akan kemahakuasaan Tuhan dan meningkatkan rasa bahkti kehadapan-Nya.

Tirtayatra adalah sebuah kegiatan suci dalam rangka penyucian diri secara lahir bathin, dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur seperti :
1. Yatra atau perjalanan suci dalam suasana pengendalian diri, upawasa(puasa), japa (melantunkan mantra tertentu), dalam hal ini adalah proses tapa sebagai sebuah proses Raja Yoga.
2. Pemujaan dengan sujud bhakti dan pemusatan pikiran (Bhakti Yoga) yang apabila dilakukan secara rutin dan tekun akan menghapus kebodohan serta akan memberikan pencerahan yang merupkan proses Jnana Yoga.
3. Parahyangan atau pura atau tempat suci sebagai tempat untuk memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau manifestasiNya.
4. Tirta atau air suci sebagai simbul waranugraha dan pancaran sinar suci Tuhan.
5. Dana punia atau pemberian sedekah sebagai ujian atau tapa dalam melepaskan keterikatan jiwa ini dengan benda-benda duniawi.

Sehingga dengan demikian tirtayatra yang dilakukan dengan tekun dan teratur serta sungguh-sungguh dengan penuh kesetiaan, konsentrasi dan kecintaan adalah merupakan pengejawantahan dari Catur Marga. Tirtayatra adalah jalan yang sederhana namun utama. Tirtayatra adalah investasi yang sudah pasti mendapatkan kebaikan.

Tirtayatra akan meningkatkan keyakinan atau srada dari umat terhadap kebenaran dan kemahakuasaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Dengan bertirtayatra sebenarnya manusia telah menjaga ketiga aspek keharmonisan hidup di dunia yakni Tri Hita Karana yakni aspek pawongan, palemahan dan parahyangan.

Dengan bertirtayatra mengarahkan badan dan jiwa kepada kesehatan, ketentraman, kedisplinan, kebijaksanaan, keharmonisan, kehormatan, kesucian, kebenaran dan terakhir kemanunggalan dengan Hyang Pencipta. Melalui tirtayatra manusia menuju pada penebusan dosa, pembebasan keterikatan, mencapai hidup yakni Mokshartam Jagadhita ya ca iti Dharma.

Bertirtayatra akan mendapatkan pancaran kesucian pikiran, perkataan dan perbuatan (Tri Kaya Parisudha). Dalam hal ini akan terlatih dalam pengendalian diri dalam kesucian, aura kesucian ini akan terpancar pada orang-orang yang ada di dekatnya, ataupun pada lingkungan tempat mereka tinggal.

Tirtayatra menumbuhkan kepekaan sosial, meningkatkan gairah seni dan keselarasan jiwa. Dengan cara sederhana ini kita memuja mohon restu dan anugrah kesucian. Semakin sering dan tekun dilakukan maka semakin terbuka jalan menuju penyatuan dengan Sang Hyang Sangkan Paraning Dumadi.

Ketika kelak nanti Sang Jiwa telah meninggalkan badan kasar ini maka teman sejati yang akan mengantar adalah subha dan asubha karma atau catatan tentang perbuatan baik dan perbuatan buruk yang dilakukan selama diberi kesempatan di dunia ini. Kebajikan-kebajikan spiritual yang telah diperbuat di dunia ini yang mengantar sang jiwa menuju alam yang lebih mulia dan sebaliknya kegiatan buruk akan mengantar sang jiwa menuju alam yang lebih rendah.


Sumber : Spiritual Kundalini Bali (http://spiritualkundalinibali.wordpress.com/2009/05/15/tirta-yatra/)

No comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan pesan